WELCOME IN MY BLOG

WELCOME IN MY BLOG
ISTANAKU

MY IDOLA

MY IDOLA
OVIE WALI BAND

Rabu, 07 April 2010

KEKASIH HALAL


Cerpen karya Dwi Indah Novia Sari

Di salah satu Universitas yang cukup ternama di Indonesia yaitu Universitas Indonesia, tempat seorang cowok menuntut ilmu. Cowok itu tak lain adalah Revi, cowok beragama nasrani dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih.Cowok yang kalau pergi ke kampus tak pernah lupa memakai jaket dan kalung salib yang menggantung di lehernya.

Siang terasa terik. Matahari mulai memancarkan sinarnya. Sinar yang menyilaukan mata setiap insan yang menatapnya. Sinar itu memaksa masuk ke sebuah kamar.

“Revi…! Revi…! Bangun...! ” seru seorang wanita yang tak lain adalah mamanya.
“Ya,ma....!” jawab Revi dari balik selimut.
“Bangun...! katanya kamu ada presentase hari ini” ucap mama mengingatkan Revi.
“Ya Tuhan…! Revi lupa ma” seru Revi. Dia pun beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Setelah siap Revi pun langsung berangkat ke kampus. Dan yang tak pernah ketinggalan, yaitu jaket yang selalu dikenakannya. Revi pun mulai menyertarter mobilnya.


Setelah beberapa menit, akhirnya Revi sampai juga di kampus, ternyata sahabat-sahabat Revi tengah menungguinya dari tadi. Revi mempunyai tiga sahabat yang ketiganya itu adalah seorang muslim. Itulah persahabatan, tidak pernah pandang bulu. Entah itu beda agama, beda daerah, beda suku bangsa atau apalah. Yang pasti persahabatan itu tidak ada batasan.

“Rev… gimana sih kamu? sudah tau kamu yang bawa bahan presentase. Kenapa datangnya terlambat?” tegur Farhan pada Revi.
“Ya sorry brow! aku bangun kesiangan”
“Makanya kalau tidur jangan kemaleman!” nasehat Andy.
“Ye...siapa yang tidur kemalaman? Tadi malam aku tidur jam tujuh” jelas Revi
“Apa jam tujuh? Terus kenapa bangunnya kesiangan?” tanya Tomie heran.
“Aku memang tidur jam tujuh, tapi jam dua aku bangun lagi”.
“Emang ngapain jam dua bangun lagi?” tanya Andy
“Em...pasti tadi malam nonton sepak bola? Tadi malam ada AC Milan kan?” tebak Tomie.
“Yap...bener banget” jawab Revi yang memang sangat menyukai kesebelasan Italia itu.
“Yah kalu itu kita juga nonton, tapi kita nggak bangun kesiangan tuh” timpal Farhan.
“Ya, udah. Yuk masuk ntar keburu telat!” ajak Tomie.

Mereka berempat akhirnya masuk ke ruang kelas. Setelah mereka selesai mempresentasekan hasil penelitian mereka, mereka pun meninggalkan ruang kelas.

“Yuk cabut!” ajak Tomie.
“Sorry ya! aku nggak bisa pulang bareng sama kalian!” ucap Revi.
“Emang mau kemana?” tanyaAndy.
“Aku mau ke toko buku” jelas Revi
“Oh... ya udah. Kalu gitu kita duluan ya!”.

Sahabat-sahabatnya pun langsung meninggalkan Revi. Begitu pun Revi dia langsung berjalan menuju tempat parkir dimana ia memarkirkan mobilnya. Setelah sampai di tempat parkir, dia menghampiri mobilnya dan langsung menaikinya. Revi mulai menyertarter mobil hitam kesayangannya.

Beberapa menit kemudian Revi sampai juga di tempat tujuannya, yaitu toko buku. Setelah memarkirkan mobilnya, Revi langsung berjalan menuju toko buku “ADZKIA” yang kebetulan terletak di tepi jalan raya. Revi mulai melangkahkan kakinya memasuki toko itu. Dia pun langsung mencari buku tentang “kedokteran”. Setelah mendapatkan buku yang ia cari, Revi beranjak meninggalkan toko buku itu. Saat Revi sampai di pintu keluar dia bertemu dengan seorang gadis yang membuat Revi terpana akan kecantikannya. Kulitnya yang putih dan busana muslim yang di kenakannya. Meski Revi menyadari sepenuhnya bahwa gadis itu berjilbab dan berarti gadis itu adalah seorang muslim, berbeda keyakinan dengannya. Tapi entah mengapa dalam hati, Revi seakan jatuh cinta pada gadis itu. Perlahan gadis itu pergi meninggalkan Revi yang terpaku melihatnya. Menyadari hal itu, Revi terbangun dari lamunannya dan meninggalkan toko buku. Di sepanjang perjalanan pulang, Revi masih tetap memikirkan gadis yang baru saja ia temui.

“Siapa ya cewek itu? Cantik banget” pikir Revi.
Lamunan Revi pun berhenti seiring dengan berhentinya mobil Revi karena ternyata ia telah sampai di depan rumahnya. Dan dia langsung berjalan memasuki rumahnya dan menuju kamarnya. Revi pun merebahkan tubuhnya di ranjang. Tak berapa lama Revi pun tertidur pulas.

Pagi tampak begitu cerah. Jalanan di penuhi kendaraan yang berlalu lalang. Bising, ramai, macet itulah yang selalu menghiasi kota Jakarta. Tapi suasana berbeda terlihat di sebuah kamar. Revi tetap tertidur pulas meski sinar matahari berusaha menerobos masuk ke kamarnya melalui ventilasi kamar. Tiba-tiba suara ketukan pintu berusaha membangunkan Revi.

“Revi...bangun!” ucap mama dari depan pintu kamar Revi.
“Iya, ma! Revi bangun “ jawab Revi. Revi mulai bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Ternyata mamanya tengah menungguinya di meja makan.
“Ma, Revi berangkat kuliah dulu ya!” ucap Revi kemudian.
“Kamu nggak sarapan dulu?” tanya mama.
“Nggak ah ma. Nanti keburu telat” sahut Revi.
“Ya udah. Hati-hati ya!” pesan mama. Revi pun langsung pergi meninggalkan mamanya dan berangkat menuju ke kampusnya.

Beberapa menit kemudian Revi sampai di kampusnya. Begitu pun dengan sahabat-sahabatnya. Tapi ada yang kurang dari mereka yaitu Tomie. Ternyata Tomie belum sampai di kampus.

“Hai...Rev! tumben kamu lebih dulu dari Tomie!” sapa Andy.
“Iya Rev, tumben banget!” sahut Farhan.
“Udahlah nggak usah di bahas” potong Revi kemudian. Tiba-tiba Revi tertegun, ia seakan terpana saat melihat seorang gadis yang melintas di depannya. Gadis itu tak lain adalah gadis yang ia temui di toko buku.
“Heh.... ngapain kamu, Rev ? Malah bengong nanti ayam tetangga kamu pada mati loh!” goda Andy pada Revi saat melihat Revi melamun.
“Eh… kalian tau nggak cewek yang barusan lewat?” tanya Revi.
“Meneketehe…! Emang kenapa?” tanya Farhan. Belum sempat Revi menjawab pertanyaan Farhan. Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan mereka.
“Hai brow...! lagi pada ngapain?” tanya Tomie saat baru sampai.
“Yah kamu Tom. Ngagetin orang aja” ucap Revi.
“Habisnya dari tadi kalian serius aja” timpal Tomie.
“Tom kamu tau nggak siapa cewek yang barusan lewat?” tanya Revi.
“Oh itu... namanya Adinda. Emang kenapa?” tanya Tomie.
Nggak pa pa!” jawab Revi.

Sejak Revi tahu kalu gadis yang ia sukai ternyata kuliah di tempat ia kuliah, dia selalu memikirkan Adinda. Meski Adinda berbeda keyakinan dengannya tapi Revi tetap menyukainya.

Pagi ini Revi ada jam kuliah. Hampir saja dia lupa kalau dia ada jam kuliah. Kalau saja Farhan tidak mengingatkannya, pasti Revi sudah lupa.

“Hanya satu pintaku........................” tiba-tiba ponsel Revi bergeming. Tanpa melihat di layar siapa yang tengah mengganggu tidurnya, Revi langsung memencet tanda terima (emang kuitansi).
“Hello ...............!” ucap Revi malas.
“ Heh... gimana sih brow ? jam segini belum nyampai kampus. Nanti keburu dosen kita datang” tegur Farhan lewat HP.
“Ya......ya......bentar lagi aku nyampai !” jawab Revi.
“Bentar lagi gimana ? ini udah hampir jam tujuh !” seru Farhan kesal.
“Apa..........? jam tujuh.........? gawat nih. Udah dulu ya !” seru Revi mengakhiri pembicaraan dengan sahabatnya. Dan alngsun ia matikan ponsel Black Berry kesayangannya dan terburu-buru menuju kamar mandi. Tanpa sarapan Revi langsung berangkat ke kampus. Setelah berpamitan kepada orang tuanya, dia pun langsung menyertarter mobilnya.

Setelah sampai di kampus, dia langsung berlari untuk menghampiri sahabat-sahabatnya. Karena terburu-buru, tak sengaja Revi menabrak seseorang. Dan ternyata orang itu adalah Adinda. Gadis yang sangat ia kagumi. Kalau jodoh memang tak kan lari.

“Sory...........,aku nggak sengaja!” seru Revi pada Adinda. Revi pun membantunya merapikan buku yang jatuh berantakan karena kecerobohan Revi.
“Nggak pa pa!” tutur Adinda lembut.
“Aku Revi...!” ucap Revi sambil mengulurkan tangannya.
“Maaf bukan muhrim!”
“Oh sorry ...!” pinta Revi. Adinda hanya tersenyum. Dan dia pun meninggalkan Revi yang terpaku melihat kecantikannya.
“Woe........ ngalamun aja ntar kesambet loh!” seru Tomie yang sempat mengagetkan Revi.
“Adinda emang cantik banget Selain itu dia juga baik , ya!” cerocos Revi.
“Udah ...kalau mau ngoceh ntar aja ! sekarang kita masuk keburu telat !” ucap Farhan mengingatkan sahabat-sahabatnya.

Benar dugaan mereka. Sampai di kelas Pak Anwar tengah memulai ulangan. Karena keempat cowok itu (Revi,Farhan,Tomie, dan Andy) telat,mereka tidak boleh mengikuti ulangan. Selain itu mereka juga di beri hukuman keliling lapangan sebanyak 15 kali. Cuapeknya..............

Sementara keempat cowok itu menikmati hukuman mereka, disisi lain Adinda tengah memikirkan Revi, cowok yang sangat mengaguminya.

“Ya Allah ! siapakah lelaki yang menabrakku tadi? Alangkah baiknya dia!” batin Adinda.
“Adinda kamu kenapa...?” tanya Dita yang tak lain adalah sahabat Adinda.
“Aku nggak pa pa...!” jawab Adinda
“Kamu ngelamun ...?” tanya Dita lagi.
“Aku nggak ngalamun. Dit, aku mau ke perpustakaan kamu mau ikut apa nggak?” tanya Adinda.
“Ya udah,ayo kita ke perpus....!” ajak Dita.

Saat Adinda dan Dita berjalan menuju ke perpustakaan, tak sengaja mereka bertemu dengan keempat cowok yang tadi baru aja di hukum. Tampak wajah Revi yang semula memerah karena kecapekan tiba-tiba kebahagiaan tersirat di wajahnya. Siapa yang tak bahagia saat bertemu dengan sang pujaan hati.

“Hai Adinda..........!” sapa Revi pada Adinda.
"Ehm...........ehm.........!” dehem Tomie.
“Darimana dia tau namaku....?” batin Adinda.
“Mau kemana...?” tanya Revi.
“Kita mau ke perpustakaan “ jawab Adinda dengan senyum manis di wajahnya. Revi terasa melayang-layang di angkasa saat melihat senyum manis Adinda.
“Ya udah, kalau gitu kita duluan “ ucap Dita. Adinda dan Dita pun langsung berjalan meninggalkan keempat cowok itu. Revi tetap terpaku melihat kecantikan Adinda, dan ia pun memperhatikan langkah demi langkah Adinda.
“Brow..... sampai segitunya lihat Adinda. Kalau suka bilang aja!” goda Tomie pada Revi.
“Iya ntar keburu diambil orang!” tambah Farhan. Revi hanya tersenyum mendengar celotehan sahabat-sahabatnya.

Semakin hari Revi semakin dekat dengan Adinda. Mereka berdua pun berteman.

Hari terlihat mendung mungkin hujan akan segera turun. Benar sekali tak berapa lama hujan pun turun. Mahasiswa di Universitas tempat Revi mencari ilmu berhamburan untuk pulang. Revi dan Adinda masih berdiri di depan ruang kelas mereka. Revi lupa tidak membawa payung, dia pun membuka jaketnya dan mengalih fungsikannya menjadi payung yang ia gunakan untuk menaungi Adinda. Saat Revi membuka jaketnya, tak sengaja Adinda melihat kalung salib yang di kenakan Revi.

“Kamu seorang nasrani...?” tanya Adinda.
“Iya...... Adinda. Maaf kan aku!”
“Untuk apa kamu minta maaf ? ini bukan salah kamu. Tak ada yang salah dengan seorang nasrani. Asalkan kamu tidak memerangi orang muslim di sekitarmu” tutur Adinda yang membuat Revi semakin menyukai Adinda.
“Thank’s ya..... !” ucap Revi.
“Udah, lah. Ya udah kalau gitu kita pulang sekarang!” ajak Adinda.

Revi pun langsung mengantarkan Adinda pulang. Setelah sampai di depan rumah Adinda, Revi menghentikan mobilnya. Adinda pun turun dari mobil. Setelah Revi memastikan bahwa Adinda sudah selamat sampai di rumah, dia langsung menyertarter kembali mobilnya dan meninggalkan rumah Adinda.

Sampai di rumahnya, Adinda terus memikirkan Revi, orang yang sangat ia sayangi. Tapi alangkah terkejutnya dia saat mengetahui bahwa orang yang ia sayangi berbeda keyakinan dengannya. Dia tau pasti bahwa abahnya pasti tak akan mengizinkannya bergaul dengan orang non muslim.Adinda bingung apa yang harus ia lakukan. Adinda mencoba melupakan masalah ini sejenak dan dia pun merebahkan tubuhnya diranjang dan tak berapa lama dia pun tertidur.

Semenjak Revi kenal dengan Adinda, dia menjadi berubah. Revi sekarang bukan lagi seorang mahasiswa yang selalu di bangunkan oleh mamanya setiap pagi. Sekarang Revi selalu datang lebih awal. Dan sebelum berangkat Revi selalu menghampiri Adinda untuk di ajaknya berangkat bareng.

Pagi ini Revi menghampiri Adinda. Belum sampai Revi di depan rumah Adinda, Revi melihat ada orang yang berkerumun di jalan. Karena penasaran dengan kerumunan orang itu, Revi pun menghampiri mereka. Ternyata ada tabrak lari. Alangkah terkejutnya Revi saat melihat korban tabrak lari itu adalah Adinda, orang yang sangat ia sayangi. Revi pun langsung membawa Adinda ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Adinda di bawa ke UGD. Revi menunggu Adinda di depan UGD. Revi menghubungi keluarga Adinda. Saat Revi menunggui Adinda di depan UGD, ia teringat akan kejadian lima tahun silam. Revi harus kehilangan orang yang sangat ia sayangi yaitu adik kandungnya.

Beberapa menit kemudian keluarga Adinda dan sahabat-sahabat Revi sampai di rumah sakit. Hari itu Revi lupa tidak mengenakan jaketnya, pasti kalung salib yang dikenakannya terlihat. Selang beberapa menit setelah keluarga Adinda dan sahabat-sahabatnya datang, dokter keluar dari UGD.

“Bagaimana keadaan Adinda, dokter?” tanya Abah Adinda.
“Maaf, apa ada keluarga atau teman pasien yang bergolongan darah O ?” tanya dokter.
Tampak dalam raut wajah Abah Adinda cemas, dia tahu bahwa golongan darah Adinda tidak sama dengannya. Yang sama dengan golongan darah Adinda adalah ibu Adinda. Sedangkan ibu Adinda telah meninggal dua tahun yang lalu.
“Apa di rumah sakit ini tidak tersedia?” tanya Abah Adinda lagi.
“Sekali lagi saya mohon maaf. Kami kehabisan golongan darah O” jawab dokter.
“Ya sudah ambil darah saya saja, dok!” pinta Revi.
“Siapa kamu?” tanya Abah Adinda.
“Saya teman Adinda !” jawab Revi.
“Kamu seorang nasrani? Saya tidak mau darah orang nasrani mengalir di tubuh Adinda!” seru Abah Adinda.
“Maaf, Pak! Kami tidak bermaksud ikut campur.Tapi kalau Adinda tidak segera mendapatkan darah, dia tidak dapat di selamatkan.
“Baiklah kalau begitu. Silakan !” kata Abah Adinda.

Akhirnya Abah Adinda mengizinkan Revi mendonorkan darahnya untuk Adinda. Revi pun langsung di tes darah untuk memastikan golongan darahnya sama dengan golongan darah Adinda. Untungnya golongan darah Revi sama dengan golongan darah Adinda. Setelah itu Revi langsung mendonorkan darahnya untuk Adinda.

Tak berapa lama setelah Adinda di tangani dokter, akhirnya Adinda sadar.

“Revi terima kasih kamu sudah mendonorkan darah untukku!” ucap Adinda setelah ia sadar.
“Sama sama. Kita hidup kan harus saling tolong menolong!” jawab Revi.

Beberapa hari kemudian Keadaan Adinda sudah lebih baik dan Adinda sudah di perbolehkan pulang. Setelah merasa lebih baik, Adinda kembali berangkat kuliah.

“Adinda nanti kalau pulang sekolah, aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu mau kan?” tanya Revi.
“Insya Allah !” jawab Adinda.

Tepat pulang sekolah, Revi tengah menunggu Adinda di mobilnya. Saat melihat Adinda sudah berjalan menuju ke mobilnya, Revi pun langsung turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Adinda. Setelah Adinda masuk ke dalam mobil, Revi mulai menyertarter mobilnya.

Beberapa menit kemudian Revi menghentikan mobilnya. Mereka berdua pun turun dari mobil dan berjalan menuju ke sebuah taman.

“Adinda... aku sangat mencintai kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” ucap Revi kemudian.
“Maksud kamu apa?” tanya Adinda heran.
“Aku cinta sama kamu!” kata Revi mengulang ucapannya.
“Revi........ jujur aku juga sayang banget sama kamu. Tapi aku nggak bisa nerima cinta kamu!”
“Memang kenapa?” tanya Revi.
“Rev............kamu tau sendiri seperti apa abahku. Dia pasti tak akan mengizinkan aku berhubungan denganmu!” jawab Adinda.
“Tapi, Din...... aku sangat mencintai kamu!” ucap Revi.
“Revi....... cinta itu nggak harus memiliki” ucap Adinda dan dia pun pergi meninggalkan Revi.

Sejak kejadian itu Adinda seperti menghindari Revi. Adinda takut kalau dia terus bersama Revi, dia akan lebih sulit untuk melupakannya. Meski ia seakan mengiris-iris hatinya sendiri.

Begitu pun dengan Revi. Dia selalu memikirkan Adinda. Dia sangat menyayangi Adinda. Akhirnya suatu hari Revi memutuskan untuk pergi ke rumah Adinda.

“Mau apa kamu kesini?” tanya Abah Adinda saat melihat Revi berjalan menuju rumah Adinda.
“Saya hanya ingin bertemu dengan Adinda!” jawab Revi.
“Untuk apa kamu menemui Adinda?” tanya Abah Adinda lagi.
“Pak....... saya sangat mencintai Adinda!” ucap Revi kemudian.
"Cinta....? saya tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan Adinda!”
“Tapi, Pak..... saya sangat mencintai Adinda. Dan apa pun akan saya lakukan untuk dia!”
“Saya tidak sudi mempunyai menantu seorang nasrani. Sekarang pergi dari sini..........!”

Revi pun langsung pergi dari rumah Adinda. Dengan hati yang tidak karuan Revi mulai menyertarter mobilnya. Revi masih memikirkan ucapan Abah Adinda yang mengatakan bahwa Dia tak ingin mempunyai menantu seorang nasrani. Revi bingung apa yang harus dia lakukan. Dia sangat mencintai Adinda dan dia tidak mau kehilangan Adinda.

“Ma........ Revi mau bicara sama mama!” ucap Revi lirih.
“Mau bicara apa?” tanya mama Revi.
“Ma..........Revi.......Revi.........”
“Kamu kenapa?” tanya mamanya lagi.“Revi mau masuk islam!” ucap Revi kemudian yang sempat membuat mamanya kaget.
“Apa? Kamu mau masuk islam? Apa kamu sudah gila Revi”
“Ma..........Revi serius. Maaf ma.......bukannya Revi membantah mama tapi Revi ingin masuk islam!” ucap Revi kemudian.
“Apa yang membuat kamu ingin masuk islam?” tanya mama heran.
“Revi sangat mencintai seorang gadis muslim “ jelas Revi.
“Jadi itu alasan kamu ingin masuk islam? Mama tidak akan mengizinkan kamu masuk islam” ucap mama Revi marah.
“Tapi ma.........!”
“Sudah Revi mama tidak mau tahu!”

Mama Revi pun pergi meninggalkan Revi. Revi tetap terpaku, dia tak dapat bersuara. Dia bingung. Dengan atau tanpa izin mamanya ia harus tetap masuk islam. Akhirnya Revi memutuskan untuk pergi ke rumah Farhan.

“Apa kamu serius, Rev?” tanya Farhan heran.
“Aku serius!” jawab Revi.
“Ya udah . Kalau gitu aku akan bantu kamu!” ucap Farhan yang membuat Revi lega.
"Thank’s ya ! kamu memang sahabat yang baik. Terus gimana caranya kalau mau masuk islam?” tanya Revi tak sabar.
“Cara masuk islam gampang, Rev. Kamu hanya membaca dua kalimat syahadat saja kamu sudah islam!”
“Gimana bacaannya?”
“Kamu tiruin aku aja! Asyhadu ala illaha illallah wa asyhaduanna muhammadarrasulullah”
“Asyhadu ala illahaillallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah” ucap Revi sedikit kaku.
“Oke, Rev...... sekarang kamu dah resmi masuk islam!”

Sejak saat itu Revi resmi menjadi seorang muslim. Revi meminta kepada sahabat-sahabatnya untuk membantunya menjadi seorang mualaf. Karena menurut Revi sahabat-sahabatnya lebih kental dengan islam karena mereka sejak kecil telah dibesarkan di keluarga islam.

Karena sekarang Revi telah masuk islam, ia memberanikan diri untuk pergi ke rumah Adinda. Tapi sebelum ia pergi kesana ia ingin minta izin kepada mamanya. Saat sampai dirumah tiba-tiba adzan ashar bergeming. Karena sahabat-sahabatnya telah mengajarinya sholat, ia langsung menunaikan ibadah sholat yang merupakan kewajiban setiap muslim. Saat Revi sedang sholat, ternyata mamanya tengah memperhatikannya. Mama Revi membolak-balik pikirannya. Hidup itu pilihan. Setiap manusia mempunyai hak asasi. Agama merupakan Hak Asasi Manusia. Tak seharusnya dia membatasi anaknya sendiri. Lagi pula Revi sudah dewasa, jadi dia berhak menentukan pilihannya.

“Mama ........!” Revi terkejut saat melihat mamanya tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
“Kamu sudah masuk islam?” tanya mama Revi.
“Maafin Revi, ma!” pinta Revi.
“Kamu nggak salah. Seharusnya mama tidak melarang kamu masuk islam” ucap mama.
“Jadi mama ngizinin Revi masuk islam?”

Mama Revi mengangguk. Melihat hal itu, alangkah senangnya Revi. Revi pun menceritakan tentang niatnya untuk melamar Adinda. Mamanya pun bersedia mengantarkan Revi melamar Adinda. Seharusnya bukan cuma mamanya yang mengantarkan Revi tapi juga papanya. Tapi sayangnya Revi telah menjadi seorang anak yatim sejak ia duduk di bangku SD.

Setelah bersiap-siap, Revi dan mamanya langsung pergi menuju rumah Adinda. Semula Abah Adinda tidak mengizinkan Revi melamar Adinda, tapi setelah Revi mengatakan bahwa ia telah masuk islam Abah Adinda mengizinkannya. Abah Adinda tahu pasti bahwa anak gadisnya sangat mencintai Revi.

Rencananya Adinda dan Revi akan menikah setelah di wisuda. Mereka berharap mereka bisa hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Akhirnya setelah melalui jalan yang begitu panjang, perjalanan yang melelahkan Revi berhasil mendapatkan pujaan hatinya. Dan seseorang yang pasti akan membawanya ke jalan yang lurus. Meski awalnya mamanya menentang keinginannya, tapi akhirnya hati mamanya pun luluh.

THE END

13 komentar:

  1. cerpenya ssudah bagus tapi banyak paragraf yang alurnya hampir sama, sehingga kadang pembaca terasa agak jenuh... maafya kalau kmentarnya menyakitkan kamu.... aku hanya bisa ngasih nilai 80... semoga bermanfaat..ok...
    makacih..ya..

    BalasHapus
  2. uh....ceritanya bagus banget aku seneng punya temen yang bisa buat cerpen kayak gini.tapi harus di ingat...jangan memakai kata baku itu aja
    aku kasih nilai 89

    BalasHapus
  3. ceritanya sudah bagus. tetapi akan lebih baik jika konfliknya lebih dipertegangt. saya nilai 75.

    BalasHapus
  4. cerpennya sudah bagus dan konfliknya juga sudah jelas tapi perlu ditambah ya? q beri nilai 85.

    BalasHapus
  5. ceritanya bagus,
    Tapi cara membangun konflik kurang jelas ampai aku sulit menangkap.Tapi judulnya menarik,sehinnga membuat pembaca penasaran.Pasti 2 judul lagu wali ea....
    (79)

    BalasHapus
  6. Judulnya menarik bangeeeeet bahkan para pembaca jadi tergiur. Eh maaf ya....
    menurutkusih kata2nya lebih baik di pertajam. Sekali kali pakai kata2 gaul ya? Kan lebih terkesan. OK.
    Dan menurutku sih endingnya pun kurang. Dan perlu digambarkan ttg hati ibunya yg luluh itu. Pasti lebih oke.
    Nih ku beri skor 81.

    BalasHapus
  7. AQ bales koment dari HIDUPKU
    Kalau tentang kata2 AQ pilih yang biasa aja soalnya kalau pakai kata2 gaul lebih terkesan dengan gaya hidup yang sedikit urakkan dan yg AQ ceritain di cerpen AQ, ttg seorang muslim.
    Thank's bwt yg koment AQ

    BalasHapus
  8. cerpenya sudah bagus mungkin dalam penerjemahan judul perlu di perbaiki menjadi HALAL saja
    dan alurnya sudah cukup menguasai ..
    mungkin perlu di perkembang lagi aja agar pembaca minat...okre
    aku kasih nilai 72

    BalasHapus
  9. Cerpennya dah cukup baik,namun lebih bagus lagi jika kamu memperkuat konfliknya.
    Dan kata Kulitnya yang putih dan busana muslim yang di KENAKANNYA.

    Cewek itu kan berjilbab dan bebrbusana muslim tapi kok si Revi bisa tau kalau cewek itu berkulit?
    Seharusnya kata kulit kamu ganti dengan kata wajah atau apalah yang penting cari yang cocok aja.
    Okee….
    Sekian commend dariku apabila ada salah kata saya mohon maaf.

    Nilai : 78

    BalasHapus
  10. Cerpennya sudah bagus, tapi dalam konflik yang dipilih masih kurang.
    Seperti dalam masalah antara Revi dan mamanya bisa lebih dipertegang.

    Aku kasih kamu nilai 80.

    BalasHapus
  11. cerpennya bagus sekali
    Revi pun mulai menyertarter mobilnya.
    Seharusnya menyetater.
    Ya sorry brow!
    Kalau bisa bahasa baku.
    Yah kalu itu kita juga nonton, tapi kita nggak bangun kesiangan tuh” timpal Farhan.
    Banyak sekali penulisan yang salah.
    Cerpennya panjang sekali membuat pembaca bosan.
    Banyak sekali percakapannya .
    Cerpennya tapi bagus. Mengajak orang masuk islam
    saya beri nilai81

    BalasHapus
  12. Penutup cerita pada cerpen ini terlalu banyak informasi, sebaiknya sedikit saja, tetapi cukup menyentuh.
    Perhatikan kutipan berikut ini:

    Rencananya Adinda dan Revi akan menikah setelah di wisuda. Mereka berharap mereka bisa hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Akhirnya setelah melalui jalan yang begitu panjang, perjalanan yang melelahkan Revi berhasil mendapatkan pujaan hatinya. Dan seseorang yang pasti akan membawanya ke jalan yang lurus. Meski awalnya mamanya menentang keinginannya, tapi akhirnya hati mamanya pun luluh.

    Paragraf itu bisa disederhanakan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu "berat" dengan informasi yang ada.

    Kalimat yang berbunyi:
    "Akhirnya setelah melalui jalan yang begitu panjang, perjalanan yang melelahkan Revi berhasil mendapatkan pujaan hatinya"

    Ini masih timbul tanda tanya seberapa panjang? seberapa melelahkan?

    Semoga bermanfaat

    BalasHapus
  13. go0d...go0d...go0d...
    crita'a bgus k0q ,
    law qhue nt0e mmaknai crita'a rie isi'a bkan rie bhasa'a,
    phie aqhue kcieh sran cpya qmoe lbih mempertajam ilmu cerpenis qm0e ea,,,,qhand moga z jd cerpenis terkenal.
    ywda9h, qhue kcieh qm0e nilai 85...!!!

    BalasHapus