WELCOME IN MY BLOG

WELCOME IN MY BLOG
ISTANAKU

MY IDOLA

MY IDOLA
OVIE WALI BAND

Rabu, 01 September 2010

ORANG BILANG

Kamu bilang padaku bahwa kamu benar sayang
Kau bilang aku kau akan selalu sayang
Dan kamu bilang aku cinta kamu sayang

Kamu bilang padaku bahwa kamu benar cinta
Kau bilang aku kau akan selalu cinta
Dan kamu bilang aku sayang kamu cinta

Tapi orang bilang katanya kamu ga sayang
Orang bilang katanya kamu ga cinta
Orang bilang tentang kamu orang bilang…

Sekarang kamu bilang bahwa kamu paling sayang
Sekarang bilang bahwa kamu paling cinta
Sekarang bilang aku siap mati sayang…

Kamu bilang padaku bahwa kamu benar sayang
Kau bilang aku kau akan selalu sayang
Dan kamu bilang aku cinta kamu sayang

Kamu bilang padaku bahwa kamu benar cinta
Kau bilang aku kau akan selalu cinta
Dan kamu bilang aku sayang kamu cinta

Tapi orang bilang katanya kamu ga sayang
Orang bilang katanya kamu ga cinta
Orang bilang tentang kamu orang bilang…

Sekarang kamu bilang bahwa kamu paling sayang
Sekarang bilang bahwa kamu paling cinta
Sekarang bilang aku siap mati sayang…

Hooooo……

Tapi orang bilang katanya kamu ga sayang
Orang bilang katanya kamu ga cinta
Orang bilang tentang kamu orang bilang…

Sekarang kamu bilang bahwa kamu paling sayang
Sekarang bilang bahwa kamu paling cinta
Sekarang bilang aku siap mati sayang…

Hoooo… Hooo…



Minggu, 18 April 2010

KEKASIH HALAL (REVISI)

Cerpen karya Dwi Indah Novia Sari


Di salah satu Universitas yang cukup ternama di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia, ada seorang cowok menuntut ilmu. Cowok itu tak lain adalah Revi. Cowok beragama nasrani dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih. Cowok yang kalau pergi ke kampus tak pernah lupa memakai jaket dan kalung salib yang menggantung di lehernya.

Siang terasa terik. Matahari mulai memancarkan sinarnya. Sinar yang menyilaukan mata setiap insan yang menatapnya. Sinar itu memaksa masuk ke sebuah kamar.

“Revi…! Revi…! Bangun...! ” seru seorang wanita yang tak lain adalah mamanya.

“Ya,Ma....!” jawab Revi dari balik selimut.

“Bangun...! katanya kamu ada presentasi hari ini,” ucap Mama mengingatkan Revi.

“Ya Tuhan…! Revi lupa, Ma!” seru Revi. Dia pun beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Setelah siap Revi pun langsung berangkat ke kampus. Dan yang tak pernah ketinggalan, yaitu jaket yang selalu dikenakannya. Revi pun mulai menghidupkan mobilnya.

Setelah beberapa menit, akhirnya Revi sampai juga di kampus, ternyata sahabat-sahabat Revi tengah menungguinya dari tadi. Revi mempunyai tiga sahabat yang ketiganya itu adalah seorang muslim. Itulah persahabatan, tidak pernah pandang bulu. Entah itu beda agama, beda daerah, beda suku bangsa atau apalah. Yang pasti persahabatan itu tidak ada batasan.

“Rev… gimana sih kamu? Sudah tahu kamu yang bawa bahan presentasi. Kenapa datangnya terlambat?” tegur Farhan pada Revi.

“Ya sorry brow! Aku bangun kesiangan.”

“Makanya kalau tidur jangan kemalaman!” kata Andy bergaya menasihati.

“Ye...siapa yang tidur kemalaman? Tadi malam aku tidur jam tujuh!” jelas Revi

“Apa jam tujuh? Terus kenapa bangunnya kesiangan?” tanya Tomie heran.

“Aku memang tidur jam tujuh, tapi jam dua aku bangun lagi”.

“Emang ngapain jam dua bangun lagi?” tanya Andy

“Em...pasti tadi malam nonton sepak bola? Tadi malam ada AC Milan kan?” tebak Tomie.

“Yap...bener banget!” jawab Revi yang memang sangat menyukai kesebelasan Italia itu.

“Yah kalau itu kita juga nonton, tapi kita nggak bangun kesiangan tuh!” timpal Farhan.

“Ya, udah. Yuk masuk ntar keburu telat!” ajak Tomie.

Mereka berempat akhirnya masuk ke ruang kelas. Setelah mereka selesai mempresentasikan hasil penelitian mereka, mereka pun meninggalkan ruang kelas.

“Yuk cabut!” ajak Tomie.

Sorry, ya! Aku nggak bisa pulang bareng sama kalian!” ucap Revi.

“Emang mau ke mana?” tanya Andy.

“Aku mau ke toko buku,” jelas Revi

“Oh... ya udah. Kalu gitu kita duluan ya!”.

Sahabat-sahabatnya pun langsung meninggalkan Revi. Begitu pun Revi dia langsung berjalan menuju tempat parkir tempat ia memarkirkan mobilnya. Setelah sampai di tempat parkir, dia menghampiri mobilnya dan langsung menaikinya. Revi mulai mengendarai mobil hitam kesayangannya.

Beberapa menit kemudian Revi sampai juga di tempat tujuannya, yaitu toko buku. Setelah memarkirkan mobilnya, Revi langsung berjalan menuju toko buku “ADZKIA” yang kebetulan terletak di tepi jalan raya.

Revi mulai melangkahkan kakinya memasuki toko itu. Dia pun langsung mencari buku tentang “kedokteran”. Setelah mendapatkan buku yang ia cari, Revi beranjak meninggalkan toko buku itu. Saat Revi sampai di pintu keluar dia bertemu dengan seorang gadis yang membuat Revi terpana akan kecantikannya. wajahnya yang putih dan busana muslim yang di kenakannya. Meski Revi menyadari sepenuhnya bahwa gadis itu berjilbab dan berarti gadis itu adalah seorang muslim, berbeda keyakinan dengannya. Tapi entah mengapa dalam hati, Revi seakan jatuh cinta pada gadis itu. Perlahan gadis itu pergi meninggalkan Revi yang terpaku melihatnya. Menyadari hal itu, Revi terbangun dari lamunannya dan meninggalkan toko buku. Di sepanjang perjalanan pulang, Revi masih tetap memikirkan gadis yang baru saja ia temui.

“Siapa ya cewek itu? Cantik banget,” pikir Revi.

Lamunan Revi pun berhenti seiring dengan berhentinya mobil Revi karena ternyata ia telah sampai di depan rumahnya. Dan dia langsung berjalan memasuki rumahnya dan menuju kamarnya. Revi pun merebahkan tubuhnya di ranjang. Tak berapa lama Revi pun tertidur pulas.

Pagi tampak begitu cerah. Jalanan di penuhi kendaraan yang berlalu lalang. Bising, ramai, macet itulah yang selalu menghiasi kota Jakarta. Tapi suasana berbeda terlihat di sebuah kamar. Revi tetap tertidur pulas meski sinar matahari berusaha menerobos masuk ke kamarnya melalui ventilasi kamar. Tiba-tiba suara ketukan pintu berusaha membangunkan Revi.

“Revi...bangun!” ucap Mama dari depan pintu kamar Revi.

“Iya, Ma! Revi bangun,” jawab Revi.

Revi mulai bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.

Ternyata mamanya tengah menunggu di meja makan.

“Ma, Revi berangkat kuliah dulu ya!” ucap Revi kemudian.

“Kamu nggak sarapan dulu?” tanya mama.

“Nggak, ah Ma. Nanti keburu telat,” sahut Revi.

“Ya udah. Hati-hati ya!” pesan Mama.

Revi pun langsung pergi meninggalkan mamanya dan berangkat menuju ke kampusnya.

Beberapa menit kemudian Revi sampai di kampusnya. Begitu pun dengan sahabat-sahabatnya. Tapi ada yang kurang dari mereka yaitu Tomie. Ternyata Tomie belum sampai di kampus.

“Hai...Rev! Tumben kamu lebih dulu dari Tomie!” sapa Andy.

“Iya Rev, tumben banget!” sahut Farhan.

“Udahlah nggak usah di bahas,” potong Revi kemudian.

Tiba-tiba Revi tertegun, ia seakan terpana saat melihat seorang gadis yang melintas di depannya. Gadis itu tak lain adalah gadis yang ia temui di toko buku.

“Heh.... ngapain kamu, Rev? Malah bengong nanti ayam tetangga kamu pada mati loh!” goda Andy pada Revi saat melihat Revi melamun.

“Eh… kalian tau nggak cewek yang barusan lewat?” tanya Revi.

“Meneketehe…! Emang kenapa?” tanya Farhan.

Belum sempat Revi menjawab pertanyaan Farhan tiba-tiba ada suara yang mengagetkan mereka.

“Hai brow...! Lagi pada ngapain?” tanya Tomie saat baru sampai.

“Yah kamu Tom. Ngagetin orang aja!” ucap Revi.

“Habisnya dari tadi kalian serius aja,” timpal Tomie.

“Tom, kamu tau nggak siapa cewek yang barusan lewat?” tanya Revi.

“Oh itu... namanya Adinda. Emang kenapa?” tanya Tomie.

“ Nggak pa pa!” jawab Revi.

Sejak Revi tahu kalu gadis yang ia sukai ternyata kuliah di tempat ia kuliah, dia selalu memikirkan Adinda. Meski Adinda berbeda keyakinan dengannya tapi Revi tetap menyukainya.

Pagi ini Revi ada jam kuliah. Hampir saja dia lupa kalau dia ada jam kuliah. Kalau saja Farhan tidak mengingatkannya, pasti Revi sudah lupa.

* * *

Hanya satu pintaku........................”

Ponsel Revi berdering.

Tanpa melihat di layar siapa yang tengah mengganggu tidurnya, Revi langsung memencet tanda terima (emang kuitansi).

“Hello ...............!” ucap Revi malas.

“ Heh... gimana sih brow ? Jam segini belum nyampai kampus. Nanti keburu dosen kita datang!” tegur Farhan lewat HP.

“Ya......ya......bentar lagi aku nyampai!” jawab Revi.

“Bentar lagi gimana? ini udah hampir jam tujuh!” seru Farhan kesal.

“Apa..........? Jam tujuh.........? gawat nih. Udah dulu ya!” seru Revi mengakhiri pembicaraan dengan sahabatnya. Dan langsung ia matikan ponsel Blackberry kesayangannya dan terburu-buru menuju kamar mandi. Tanpa sarapan Revi langsung berangkat ke kampus. Setelah berpamitan kepada orang tuanya, dia pun langsung melarikan mobilnya.

Setelah sampai di kampus, dia langsung berlari untuk menghampiri sahabat-sahabatnya. Karena terburu-buru, tak sengaja Revi menabrak seseorang. Dan ternyata orang itu adalah Adinda. Gadis yang sangat ia kagumi. Kalau jodoh memang tak kan lari.

Sorry...........,aku nggak sengaja!” seru Revi pada Adinda.

Revi pun membantunya merapikan buku yang jatuh berantakan karena kecerobohan Revi.

“Nggak apa apa!” tutur Adinda lembut.

“Aku Revi...!” ucap Revi sambil mengulurkan tangannya.

“Maaf bukan muhrim!”

“Oh sorry ...!” pinta Revi.

Adinda hanya tersenyum. Dan dia pun meninggalkan Revi yang terpaku melihat kecantikannya.

“Woe........ ngalamun aja ntar kesambet loh!” seru Tomie yang sempat mengagetkan Revi.

“Adinda emang cantik banget. Selain itu dia juga baik, ya!” cerocos Revi.

“Udah ...kalau mau ngoceh ntar aja! Sekarang kita masuk keburu telat!” ucap Farhan mengingatkan sahabat-sahabatnya.

Benar dugaan mereka. Sampai di kelas Pak Anwar tengah memulai ulangan. Karena keempat cowok itu (Revi,Farhan,Tomie, dan Andy) telat,mereka tidak boleh mengikuti ulangan. Selain itu mereka juga di beri hukuman keliling lapangan sebanyak 15 kali. Cuapeknya..............

Sementara keempat cowok itu menikmati hukuman mereka, di sisi lain Adinda tengah memikirkan Revi, cowok yang sangat mengaguminya.

“Ya Allah! Siapakah lelaki yang menabrakku tadi? Alangkah baiknya dia!” batin Adinda.

“Adinda kamu kenapa...?” tanya Dita yang tak lain adalah sahabat Adinda.

“Aku nggak apa apa...!” jawab Adinda

“Kamu ngelamun ...?” tanya Dita lagi.

“Aku nggak ngalamun. Dit, aku mau ke perpustakaan kamu mau ikut apa nggak?” tanya Adinda.

“Ya udah,ayo kita ke perpus....!” ajak Dita.

Saat Adinda dan Dita berjalan menuju ke perpustakaan, tak sengaja mereka bertemu dengan keempat cowok yang tadi baru aja di hukum. Tampak wajah Revi yang semula memerah karena kecapekan tiba-tiba kebahagiaan tersirat di wajahnya. Siapa yang tak bahagia saat bertemu dengan sang pujaan hati.

“Hai Adinda..........!” sapa Revi pada Adinda.

"Ehm...........ehm.........!” dehem Tomie.

“Dari mana dia tahu namaku....?” batin Adinda.

“Mau kemana...?” tanya Revi.

“Kita mau ke perpustakaan,” jawab Adinda dengan senyum manis di wajahnya. Revi terasa melayang-layang di angkasa saat melihat senyum manis Adinda.

“Ya udah, kalau gitu kita duluan,” ucap Dita.

Adinda dan Dita pun langsung berjalan meninggalkan keempat cowok itu. Revi tetap terpaku melihat kecantikan Adinda, dan ia pun memperhatikan langkah demi langkah Adinda.

“Brow..... sampai segitunya lihat Adinda. Kalau suka bilang aja!” goda Tomie pada Revi.

“Iya ntar keburu diambil orang!” tambah Farhan.

Revi hanya tersenyum mendengar celotehan sahabat-sahabatnya.

Makin hari Revi makin dekat dengan Adinda. Mereka berdua pun berteman.

Hari terlihat mendung mungkin hujan akan segera turun. Benar sekali tak berapa lama hujan pun turun. Mahasiswa di kampus tempat Revi mencari ilmu berhamburan untuk pulang. Revi dan Adinda masih berdiri di depan ruang kelas mereka. Revi lupa tidak membawa payung, dia pun membuka jaketnya dan mengalihfungsikannya menjadi payung yang ia gunakan untuk menaungi Adinda. Saat Revi membuka jaketnya, tak sengaja Adinda melihat kalung salib yang di kenakan Revi.

“Kamu seorang nasrani...?” tanya Adinda.

“Iya...... Adinda. Maaf kan aku!”

“Untuk apa kamu minta maaf? Ini bukan salah kamu. Nggak ada yang salah dengan seorang nasrani. Asalkan kamu tidak memerangi orang muslim di sekitarmu,” tutur Adinda yang membuat Revi makin menyukai Adinda.

Thank’s ya..... !” ucap Revi.

“Udah, lah. Ya udah kalau gitu kita pulang sekarang!” ajak Adinda.

Revi pun langsung mengantarkan Adinda pulang. Setelah sampai di depan rumah Adinda, Revi menghentikan mobilnya. Adinda pun turun dari mobil. Setelah Revi memastikan bahwa Adinda sudah selamat sampai di rumah, dia langsung melajukan kembali mobilnya dan meninggalkan rumah Adinda.

Sampai di rumahnya, Adinda terus memikirkan Revi, orang yang sangat ia sayangi. Tapi alangkah terkejutnya dia saat mengetahui bahwa orang yang ia sayangi berbeda keyakinan dengannya. Dia tahu pasti bahwa abahnya pasti tak akan mengizinkannya bergaul dengan orang nonmuslim.Adinda bingung apa yang harus ia lakukan. Adinda mencoba melupakan masalah ini sejenak dan dia pun merebahkan tubuhnya di ranjang dan tak berapa lama dia pun tertidur.

Semenjak Revi kenal dengan Adinda, dia menjadi berubah. Revi sekarang bukan lagi seorang mahasiswa yang selalu di bangunkan oleh mamanya setiap pagi. Sekarang Revi selalu datang lebih awal. Dan sebelum berangkat Revi selalu menghampiri Adinda untuk di ajaknya berangkat bareng.

Pagi ini Revi menghampiri Adinda. Belum sampai Revi di depan rumah Adinda, Revi melihat ada orang yang berkerumun di jalan. Karena penasaran dengan kerumunan orang itu, Revi pun menghampiri mereka. Ternyata ada tabrak lari. Alangkah terkejutnya Revi saat melihat korban tabrak lari itu adalah Adinda, orang yang sangat ia sayangi. Revi pun langsung membawa Adinda ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Adinda di bawa ke UGD. Revi menunggu Adinda di depan UGD. Revi menghubungi keluarga Adinda. Saat Revi menunggui Adinda di depan UGD, ia teringat akan kejadian lima tahun silam. Revi harus kehilangan orang yang sangat ia sayangi yaitu adik kandungnya.

Beberapa menit kemudian keluarga Adinda dan sahabat-sahabat Revi sampai di rumah sakit. Hari itu Revi lupa tidak mengenakan jaketnya, pasti kalung salib yang dikenakannya terlihat. Selang beberapa menit setelah keluarga Adinda dan sahabat-sahabatnya datang, dokter keluar dari UGD.

“Bagaimana keadaan Adinda, dokter?” tanya Abah Adinda.

“Maaf, apa ada keluarga atau teman pasien yang bergolongan darah O ?” tanya dokter.

Tampak dalam raut wajah Abah Adinda cemas, dia tahu bahwa golongan darah Adinda tidak sama dengannya. Yang sama dengan golongan darah Adinda adalah ibu Adinda. Sedangkan ibu Adinda telah meninggal dua tahun yang lalu.

“Apa di rumah sakit ini tidak tersedia?” tanya Abah Adinda lagi.

“Sekali lagi saya mohon maaf. Kami kehabisan golongan darah O” jawab dokter.

“Ya sudah ambil darah saya saja, dok!” pinta Revi.

“Siapa kamu?” tanya Abah Adinda.

“Saya teman Adinda !” jawab Revi.

“Kamu seorang nasrani? Saya tidak mau darah orang nasrani mengalir di tubuh Adinda!” seru Abah Adinda.

“Maaf, Pak! Kami tidak bermaksud ikut campur.Tapi kalau Adinda tidak segera mendapatkan darah, dia tidak dapat di selamatkan.”

“Baiklah kalau begitu. Silakan!” kata Abah Adinda.

Akhirnya Abah Adinda mengizinkan Revi mendonorkan darahnya untuk Adinda. Revi pun langsung di tes darah untuk memastikan golongan darahnya sama dengan golongan darah Adinda. Untungnya golongan darah Revi sama dengan golongan darah Adinda. Setelah itu Revi langsung mendonorkan darahnya untuk Adinda.

Tak berapa lama setelah Adinda di tangani dokter, akhirnya Adinda sadar.

“Revi terima kasih kamu sudah mendonorkan darah untukku!” ucap Adinda setelah ia sadar.

“Sama sama. Kita hidup kan harus saling tolong menolong!” jawab Revi.

* * *

Beberapa hari kemudian keadaan Adinda sudah lebih baik dan Adinda sudah di perbolehkan pulang. Setelah merasa lebih baik, Adinda kembali berangkat kuliah.

“Adinda nanti kalau pulang sekolah, aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu mau kan?” tanya Revi.

“Insya Allah!” jawab Adinda.

Tepat pulang sekolah, Revi tengah menunggu Adinda di mobilnya. Saat melihat Adinda sudah berjalan menuju ke mobilnya, Revi pun langsung turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Adinda. Setelah Adinda masuk ke dalam mobil, Revi mulai melajukan mobilnya.

Beberapa menit kemudian Revi menghentikan mobilnya. Mereka berdua pun turun dari mobil dan berjalan menuju ke sebuah taman.

“Adinda... aku sangat mencintai kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” ucap Revi kemudian.

“Maksud kamu apa?” tanya Adinda heran.

“Aku cinta sama kamu!” kata Revi mengulang ucapannya.

“Revi........ jujur aku juga sayang banget sama kamu. Tapi aku nggak bisa menerima cinta kamu!”

“Memang kenapa?” tanya Revi.

“Rev............kamu tahu sendiri seperti apa Abahku. Dia pasti tak akan mengizinkan aku berhubungan denganmu!” jawab Adinda.

“Tapi, Din...... aku sangat mencintai kamu!” ucap Revi.

“Revi....... cinta itu nggak harus memiliki,” ucap Adinda dan dia pun pergi meninggalkan Revi.

Sejak kejadian itu Adinda seperti menghindari Revi. Adinda takut kalau dia terus bersama Revi, dia akan lebih sulit untuk melupakannya. Meski ia seakan mengiris-iris hatinya sendiri.

Begitu pun dengan Revi. Dia selalu memikirkan Adinda. Dia sangat menyayangi Adinda. Akhirnya suatu hari Revi memutuskan untuk pergi ke rumah Adinda.

“Mau apa kamu ke sini?” tanya Abah Adinda saat melihat Revi berjalan menuju rumah Adinda.

“Saya hanya ingin bertemu dengan Adinda!” jawab Revi.

“Untuk apa kamu menemui Adinda?” tanya Abah Adinda lagi.

“Pak....... saya sangat mencintai Adinda!” ucap Revi kemudian.

"Cinta....? Saya tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan Adinda!”

“Tapi, Pak..... saya sangat mencintai Adinda. Dan apa pun akan saya lakukan untuk dia!”

“Saya tidak sudi mempunyai menantu seorang nasrani. Sekarang pergi dari sini..........!”

Revi pun langsung pergi dari rumah Adinda. Dengan hati yang tidak karuan Revi mulai melarikan mobilnya. Revi masih memikirkan ucapan Abah Adinda yang mengatakan bahwa Dia tak ingin mempunyai menantu seorang nasrani. Revi bingung apa yang harus dia lakukan. Dia sangat mencintai Adinda dan dia tidak mau kehilangan Adinda.

* * *

“Ma........ Revi mau bicara sama Mama!” ucap Revi lirih.

“Mau bicara apa?” tanya Mama Revi.

“Ma..........Revi.......Revi.........”

“Kamu kenapa?” tanya Mamanya lagi.

“Revi mau masuk Islam!” ucap Revi kemudian yang sempat membuat Mamanya kaget.

“Apa? Kamu mau masuk Islam? Apa kamu sudah gila, Revi!”

“Ma..........Revi serius. Maaf Ma.......bukannya Revi membantah Mama, tapi Revi ingin masuk Islam!” ucap Revi kemudian.

“Apa yang membuat kamu ingin masuk Islam?” tanya mama heran.

“Revi sangat mencintai seorang gadis muslim,” jelas Revi.

“Jadi itu alasan kamu ingin masuk Islam? Mama tidak akan mengizinkan kamu masuk Islam” ucap Mama Revi marah.

“Tapi, Ma.........!”

“Sudah Revi Mama tidak mau tahu!”

Mama Revi pun pergi meninggalkan Revi. Revi tetap terpaku, dia tak dapat bersuara. Dia bingung. Dengan atau tanpa izin mamanya ia harus tetap masuk Islam. Akhirnya Revi memutuskan untuk pergi ke rumah Farhan.

* * *

“Apa kamu serius, Rev?” tanya Farhan heran.

“Aku serius!” jawab Revi.

“Ya udah. Kalau gitu aku akan bantu kamu!” ucap Farhan yang membuat Revi lega.

"Thank’s, ya! Kamu memang sahabat yang baik. Terus gimana caranya kalau mau masuk Islam?” tanya Revi tak sabar.

“Cara masuk Islam itu gampang, Rev. Kamu hanya membaca dua kalimat syahadat saja kamu sudah Islam!”

“Gimana bacaannya?”

“Kamu tiruin aku aja! Asyhadu ala illaha illallah wa asyhaduanna Muhammadarrasulullah”

Asyhadu ala illahaillallah wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah,” ucap Revi sedikit kaku.

“Oke, Rev...... sekarang kamu dah resmi masuk Islam!”

Sejak saat itu Revi resmi menjadi seorang muslim. Revi meminta kepada sahabat-sahabatnya untuk membantunya menjadi seorang mualaf. Karena menurut Revi sahabat-sahabatnya lebih kental dengan slam karena mereka sejak kecil telah dibesarkan di keluarga Islam.

Karena sekarang Revi telah masuk Islam, ia memberanikan diri untuk pergi ke rumah Adinda. Tapi sebelum ia pergi kesana ia ingin minta izin kepada mamanya.

Saat sampai di rumah tiba-tiba azan ashar berkumandang. Karena sahabat-sahabatnya telah mengajarinya salat, ia langsung menunaikan ibadah salat yang merupakan kewajiban setiap muslim. Saat Revi sedang salat, ternyata mamanya tengah memperhatikannya. Mama Revi membolak-balik pikirannya. Hidup itu pilihan. Setiap manusia mempunyai hak asasi. Agama merupakan Hak Asasi Manusia. Tak seharusnya dia membatasi anaknya sendiri. Lagi pula Revi sudah dewasa, jadi dia berhak menentukan pilihannya.

“Mama ........!” Revi terkejut saat melihat Mamanya tengah berdiri di depan pintu kamarnya.

“Kamu sudah masuk Islam?” tanya Mama Revi.

“Maafin Revi, Ma!” pinta Revi.

“Kamu nggak salah. Seharusnya Mama tidak melarang kamu masuk Islam” ucap mama.

“Jadi Mama ngizinin Revi masuk Islam?”

Mama Revi mengangguk. Melihat hal itu, alangkah senangnya Revi. Revi pun menceritakan tentang niatnya untuk melamar Adinda. Mamanya pun bersedia mengantarkan Revi melamar Adinda. Seharusnya bukan cuma mamanya yang mengantarkan Revi tapi juga papanya. Tapi sayangnya Revi telah menjadi seorang anak yatim sejak ia duduk di bangku SD.

Setelah bersiap-siap, Revi dan mamanya langsung pergi menuju rumah Adinda. Semula Abah Adinda tidak mengizinkan Revi melamar Adinda, tapi setelah Revi mengatakan bahwa ia telah masuk Islam Abah Adinda mengizinkannya. Abah Adinda tahu pasti bahwa anak gadisnya sangat mencintai Revi.

Rencananya Adinda dan Revi akan menikah setelah di wisuda. Mereka berharap mereka bisa hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Akhirnya setelah melalui jalan yang begitu panjang, perjalanan yang melelahkan Revi berhasil mendapatkan pujaan hatinya. Dan seseorang yang pasti akan membawanya ke jalan yang lurus. Meski awalnya mamanya menentang keinginannya, tapi akhirnya hati mamanya pun luluh.

Rabu, 07 April 2010

KEKASIH HALAL


Cerpen karya Dwi Indah Novia Sari

Di salah satu Universitas yang cukup ternama di Indonesia yaitu Universitas Indonesia, tempat seorang cowok menuntut ilmu. Cowok itu tak lain adalah Revi, cowok beragama nasrani dengan postur tubuh tinggi dan kulit putih.Cowok yang kalau pergi ke kampus tak pernah lupa memakai jaket dan kalung salib yang menggantung di lehernya.

Siang terasa terik. Matahari mulai memancarkan sinarnya. Sinar yang menyilaukan mata setiap insan yang menatapnya. Sinar itu memaksa masuk ke sebuah kamar.

“Revi…! Revi…! Bangun...! ” seru seorang wanita yang tak lain adalah mamanya.
“Ya,ma....!” jawab Revi dari balik selimut.
“Bangun...! katanya kamu ada presentase hari ini” ucap mama mengingatkan Revi.
“Ya Tuhan…! Revi lupa ma” seru Revi. Dia pun beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kamar mandi. Setelah siap Revi pun langsung berangkat ke kampus. Dan yang tak pernah ketinggalan, yaitu jaket yang selalu dikenakannya. Revi pun mulai menyertarter mobilnya.


Setelah beberapa menit, akhirnya Revi sampai juga di kampus, ternyata sahabat-sahabat Revi tengah menungguinya dari tadi. Revi mempunyai tiga sahabat yang ketiganya itu adalah seorang muslim. Itulah persahabatan, tidak pernah pandang bulu. Entah itu beda agama, beda daerah, beda suku bangsa atau apalah. Yang pasti persahabatan itu tidak ada batasan.

“Rev… gimana sih kamu? sudah tau kamu yang bawa bahan presentase. Kenapa datangnya terlambat?” tegur Farhan pada Revi.
“Ya sorry brow! aku bangun kesiangan”
“Makanya kalau tidur jangan kemaleman!” nasehat Andy.
“Ye...siapa yang tidur kemalaman? Tadi malam aku tidur jam tujuh” jelas Revi
“Apa jam tujuh? Terus kenapa bangunnya kesiangan?” tanya Tomie heran.
“Aku memang tidur jam tujuh, tapi jam dua aku bangun lagi”.
“Emang ngapain jam dua bangun lagi?” tanya Andy
“Em...pasti tadi malam nonton sepak bola? Tadi malam ada AC Milan kan?” tebak Tomie.
“Yap...bener banget” jawab Revi yang memang sangat menyukai kesebelasan Italia itu.
“Yah kalu itu kita juga nonton, tapi kita nggak bangun kesiangan tuh” timpal Farhan.
“Ya, udah. Yuk masuk ntar keburu telat!” ajak Tomie.

Mereka berempat akhirnya masuk ke ruang kelas. Setelah mereka selesai mempresentasekan hasil penelitian mereka, mereka pun meninggalkan ruang kelas.

“Yuk cabut!” ajak Tomie.
“Sorry ya! aku nggak bisa pulang bareng sama kalian!” ucap Revi.
“Emang mau kemana?” tanyaAndy.
“Aku mau ke toko buku” jelas Revi
“Oh... ya udah. Kalu gitu kita duluan ya!”.

Sahabat-sahabatnya pun langsung meninggalkan Revi. Begitu pun Revi dia langsung berjalan menuju tempat parkir dimana ia memarkirkan mobilnya. Setelah sampai di tempat parkir, dia menghampiri mobilnya dan langsung menaikinya. Revi mulai menyertarter mobil hitam kesayangannya.

Beberapa menit kemudian Revi sampai juga di tempat tujuannya, yaitu toko buku. Setelah memarkirkan mobilnya, Revi langsung berjalan menuju toko buku “ADZKIA” yang kebetulan terletak di tepi jalan raya. Revi mulai melangkahkan kakinya memasuki toko itu. Dia pun langsung mencari buku tentang “kedokteran”. Setelah mendapatkan buku yang ia cari, Revi beranjak meninggalkan toko buku itu. Saat Revi sampai di pintu keluar dia bertemu dengan seorang gadis yang membuat Revi terpana akan kecantikannya. Kulitnya yang putih dan busana muslim yang di kenakannya. Meski Revi menyadari sepenuhnya bahwa gadis itu berjilbab dan berarti gadis itu adalah seorang muslim, berbeda keyakinan dengannya. Tapi entah mengapa dalam hati, Revi seakan jatuh cinta pada gadis itu. Perlahan gadis itu pergi meninggalkan Revi yang terpaku melihatnya. Menyadari hal itu, Revi terbangun dari lamunannya dan meninggalkan toko buku. Di sepanjang perjalanan pulang, Revi masih tetap memikirkan gadis yang baru saja ia temui.

“Siapa ya cewek itu? Cantik banget” pikir Revi.
Lamunan Revi pun berhenti seiring dengan berhentinya mobil Revi karena ternyata ia telah sampai di depan rumahnya. Dan dia langsung berjalan memasuki rumahnya dan menuju kamarnya. Revi pun merebahkan tubuhnya di ranjang. Tak berapa lama Revi pun tertidur pulas.

Pagi tampak begitu cerah. Jalanan di penuhi kendaraan yang berlalu lalang. Bising, ramai, macet itulah yang selalu menghiasi kota Jakarta. Tapi suasana berbeda terlihat di sebuah kamar. Revi tetap tertidur pulas meski sinar matahari berusaha menerobos masuk ke kamarnya melalui ventilasi kamar. Tiba-tiba suara ketukan pintu berusaha membangunkan Revi.

“Revi...bangun!” ucap mama dari depan pintu kamar Revi.
“Iya, ma! Revi bangun “ jawab Revi. Revi mulai bersiap-siap untuk berangkat ke kampus. Ternyata mamanya tengah menungguinya di meja makan.
“Ma, Revi berangkat kuliah dulu ya!” ucap Revi kemudian.
“Kamu nggak sarapan dulu?” tanya mama.
“Nggak ah ma. Nanti keburu telat” sahut Revi.
“Ya udah. Hati-hati ya!” pesan mama. Revi pun langsung pergi meninggalkan mamanya dan berangkat menuju ke kampusnya.

Beberapa menit kemudian Revi sampai di kampusnya. Begitu pun dengan sahabat-sahabatnya. Tapi ada yang kurang dari mereka yaitu Tomie. Ternyata Tomie belum sampai di kampus.

“Hai...Rev! tumben kamu lebih dulu dari Tomie!” sapa Andy.
“Iya Rev, tumben banget!” sahut Farhan.
“Udahlah nggak usah di bahas” potong Revi kemudian. Tiba-tiba Revi tertegun, ia seakan terpana saat melihat seorang gadis yang melintas di depannya. Gadis itu tak lain adalah gadis yang ia temui di toko buku.
“Heh.... ngapain kamu, Rev ? Malah bengong nanti ayam tetangga kamu pada mati loh!” goda Andy pada Revi saat melihat Revi melamun.
“Eh… kalian tau nggak cewek yang barusan lewat?” tanya Revi.
“Meneketehe…! Emang kenapa?” tanya Farhan. Belum sempat Revi menjawab pertanyaan Farhan. Tiba-tiba ada suara yang mengagetkan mereka.
“Hai brow...! lagi pada ngapain?” tanya Tomie saat baru sampai.
“Yah kamu Tom. Ngagetin orang aja” ucap Revi.
“Habisnya dari tadi kalian serius aja” timpal Tomie.
“Tom kamu tau nggak siapa cewek yang barusan lewat?” tanya Revi.
“Oh itu... namanya Adinda. Emang kenapa?” tanya Tomie.
Nggak pa pa!” jawab Revi.

Sejak Revi tahu kalu gadis yang ia sukai ternyata kuliah di tempat ia kuliah, dia selalu memikirkan Adinda. Meski Adinda berbeda keyakinan dengannya tapi Revi tetap menyukainya.

Pagi ini Revi ada jam kuliah. Hampir saja dia lupa kalau dia ada jam kuliah. Kalau saja Farhan tidak mengingatkannya, pasti Revi sudah lupa.

“Hanya satu pintaku........................” tiba-tiba ponsel Revi bergeming. Tanpa melihat di layar siapa yang tengah mengganggu tidurnya, Revi langsung memencet tanda terima (emang kuitansi).
“Hello ...............!” ucap Revi malas.
“ Heh... gimana sih brow ? jam segini belum nyampai kampus. Nanti keburu dosen kita datang” tegur Farhan lewat HP.
“Ya......ya......bentar lagi aku nyampai !” jawab Revi.
“Bentar lagi gimana ? ini udah hampir jam tujuh !” seru Farhan kesal.
“Apa..........? jam tujuh.........? gawat nih. Udah dulu ya !” seru Revi mengakhiri pembicaraan dengan sahabatnya. Dan alngsun ia matikan ponsel Black Berry kesayangannya dan terburu-buru menuju kamar mandi. Tanpa sarapan Revi langsung berangkat ke kampus. Setelah berpamitan kepada orang tuanya, dia pun langsung menyertarter mobilnya.

Setelah sampai di kampus, dia langsung berlari untuk menghampiri sahabat-sahabatnya. Karena terburu-buru, tak sengaja Revi menabrak seseorang. Dan ternyata orang itu adalah Adinda. Gadis yang sangat ia kagumi. Kalau jodoh memang tak kan lari.

“Sory...........,aku nggak sengaja!” seru Revi pada Adinda. Revi pun membantunya merapikan buku yang jatuh berantakan karena kecerobohan Revi.
“Nggak pa pa!” tutur Adinda lembut.
“Aku Revi...!” ucap Revi sambil mengulurkan tangannya.
“Maaf bukan muhrim!”
“Oh sorry ...!” pinta Revi. Adinda hanya tersenyum. Dan dia pun meninggalkan Revi yang terpaku melihat kecantikannya.
“Woe........ ngalamun aja ntar kesambet loh!” seru Tomie yang sempat mengagetkan Revi.
“Adinda emang cantik banget Selain itu dia juga baik , ya!” cerocos Revi.
“Udah ...kalau mau ngoceh ntar aja ! sekarang kita masuk keburu telat !” ucap Farhan mengingatkan sahabat-sahabatnya.

Benar dugaan mereka. Sampai di kelas Pak Anwar tengah memulai ulangan. Karena keempat cowok itu (Revi,Farhan,Tomie, dan Andy) telat,mereka tidak boleh mengikuti ulangan. Selain itu mereka juga di beri hukuman keliling lapangan sebanyak 15 kali. Cuapeknya..............

Sementara keempat cowok itu menikmati hukuman mereka, disisi lain Adinda tengah memikirkan Revi, cowok yang sangat mengaguminya.

“Ya Allah ! siapakah lelaki yang menabrakku tadi? Alangkah baiknya dia!” batin Adinda.
“Adinda kamu kenapa...?” tanya Dita yang tak lain adalah sahabat Adinda.
“Aku nggak pa pa...!” jawab Adinda
“Kamu ngelamun ...?” tanya Dita lagi.
“Aku nggak ngalamun. Dit, aku mau ke perpustakaan kamu mau ikut apa nggak?” tanya Adinda.
“Ya udah,ayo kita ke perpus....!” ajak Dita.

Saat Adinda dan Dita berjalan menuju ke perpustakaan, tak sengaja mereka bertemu dengan keempat cowok yang tadi baru aja di hukum. Tampak wajah Revi yang semula memerah karena kecapekan tiba-tiba kebahagiaan tersirat di wajahnya. Siapa yang tak bahagia saat bertemu dengan sang pujaan hati.

“Hai Adinda..........!” sapa Revi pada Adinda.
"Ehm...........ehm.........!” dehem Tomie.
“Darimana dia tau namaku....?” batin Adinda.
“Mau kemana...?” tanya Revi.
“Kita mau ke perpustakaan “ jawab Adinda dengan senyum manis di wajahnya. Revi terasa melayang-layang di angkasa saat melihat senyum manis Adinda.
“Ya udah, kalau gitu kita duluan “ ucap Dita. Adinda dan Dita pun langsung berjalan meninggalkan keempat cowok itu. Revi tetap terpaku melihat kecantikan Adinda, dan ia pun memperhatikan langkah demi langkah Adinda.
“Brow..... sampai segitunya lihat Adinda. Kalau suka bilang aja!” goda Tomie pada Revi.
“Iya ntar keburu diambil orang!” tambah Farhan. Revi hanya tersenyum mendengar celotehan sahabat-sahabatnya.

Semakin hari Revi semakin dekat dengan Adinda. Mereka berdua pun berteman.

Hari terlihat mendung mungkin hujan akan segera turun. Benar sekali tak berapa lama hujan pun turun. Mahasiswa di Universitas tempat Revi mencari ilmu berhamburan untuk pulang. Revi dan Adinda masih berdiri di depan ruang kelas mereka. Revi lupa tidak membawa payung, dia pun membuka jaketnya dan mengalih fungsikannya menjadi payung yang ia gunakan untuk menaungi Adinda. Saat Revi membuka jaketnya, tak sengaja Adinda melihat kalung salib yang di kenakan Revi.

“Kamu seorang nasrani...?” tanya Adinda.
“Iya...... Adinda. Maaf kan aku!”
“Untuk apa kamu minta maaf ? ini bukan salah kamu. Tak ada yang salah dengan seorang nasrani. Asalkan kamu tidak memerangi orang muslim di sekitarmu” tutur Adinda yang membuat Revi semakin menyukai Adinda.
“Thank’s ya..... !” ucap Revi.
“Udah, lah. Ya udah kalau gitu kita pulang sekarang!” ajak Adinda.

Revi pun langsung mengantarkan Adinda pulang. Setelah sampai di depan rumah Adinda, Revi menghentikan mobilnya. Adinda pun turun dari mobil. Setelah Revi memastikan bahwa Adinda sudah selamat sampai di rumah, dia langsung menyertarter kembali mobilnya dan meninggalkan rumah Adinda.

Sampai di rumahnya, Adinda terus memikirkan Revi, orang yang sangat ia sayangi. Tapi alangkah terkejutnya dia saat mengetahui bahwa orang yang ia sayangi berbeda keyakinan dengannya. Dia tau pasti bahwa abahnya pasti tak akan mengizinkannya bergaul dengan orang non muslim.Adinda bingung apa yang harus ia lakukan. Adinda mencoba melupakan masalah ini sejenak dan dia pun merebahkan tubuhnya diranjang dan tak berapa lama dia pun tertidur.

Semenjak Revi kenal dengan Adinda, dia menjadi berubah. Revi sekarang bukan lagi seorang mahasiswa yang selalu di bangunkan oleh mamanya setiap pagi. Sekarang Revi selalu datang lebih awal. Dan sebelum berangkat Revi selalu menghampiri Adinda untuk di ajaknya berangkat bareng.

Pagi ini Revi menghampiri Adinda. Belum sampai Revi di depan rumah Adinda, Revi melihat ada orang yang berkerumun di jalan. Karena penasaran dengan kerumunan orang itu, Revi pun menghampiri mereka. Ternyata ada tabrak lari. Alangkah terkejutnya Revi saat melihat korban tabrak lari itu adalah Adinda, orang yang sangat ia sayangi. Revi pun langsung membawa Adinda ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit, Adinda di bawa ke UGD. Revi menunggu Adinda di depan UGD. Revi menghubungi keluarga Adinda. Saat Revi menunggui Adinda di depan UGD, ia teringat akan kejadian lima tahun silam. Revi harus kehilangan orang yang sangat ia sayangi yaitu adik kandungnya.

Beberapa menit kemudian keluarga Adinda dan sahabat-sahabat Revi sampai di rumah sakit. Hari itu Revi lupa tidak mengenakan jaketnya, pasti kalung salib yang dikenakannya terlihat. Selang beberapa menit setelah keluarga Adinda dan sahabat-sahabatnya datang, dokter keluar dari UGD.

“Bagaimana keadaan Adinda, dokter?” tanya Abah Adinda.
“Maaf, apa ada keluarga atau teman pasien yang bergolongan darah O ?” tanya dokter.
Tampak dalam raut wajah Abah Adinda cemas, dia tahu bahwa golongan darah Adinda tidak sama dengannya. Yang sama dengan golongan darah Adinda adalah ibu Adinda. Sedangkan ibu Adinda telah meninggal dua tahun yang lalu.
“Apa di rumah sakit ini tidak tersedia?” tanya Abah Adinda lagi.
“Sekali lagi saya mohon maaf. Kami kehabisan golongan darah O” jawab dokter.
“Ya sudah ambil darah saya saja, dok!” pinta Revi.
“Siapa kamu?” tanya Abah Adinda.
“Saya teman Adinda !” jawab Revi.
“Kamu seorang nasrani? Saya tidak mau darah orang nasrani mengalir di tubuh Adinda!” seru Abah Adinda.
“Maaf, Pak! Kami tidak bermaksud ikut campur.Tapi kalau Adinda tidak segera mendapatkan darah, dia tidak dapat di selamatkan.
“Baiklah kalau begitu. Silakan !” kata Abah Adinda.

Akhirnya Abah Adinda mengizinkan Revi mendonorkan darahnya untuk Adinda. Revi pun langsung di tes darah untuk memastikan golongan darahnya sama dengan golongan darah Adinda. Untungnya golongan darah Revi sama dengan golongan darah Adinda. Setelah itu Revi langsung mendonorkan darahnya untuk Adinda.

Tak berapa lama setelah Adinda di tangani dokter, akhirnya Adinda sadar.

“Revi terima kasih kamu sudah mendonorkan darah untukku!” ucap Adinda setelah ia sadar.
“Sama sama. Kita hidup kan harus saling tolong menolong!” jawab Revi.

Beberapa hari kemudian Keadaan Adinda sudah lebih baik dan Adinda sudah di perbolehkan pulang. Setelah merasa lebih baik, Adinda kembali berangkat kuliah.

“Adinda nanti kalau pulang sekolah, aku mau ajak kamu jalan-jalan. Kamu mau kan?” tanya Revi.
“Insya Allah !” jawab Adinda.

Tepat pulang sekolah, Revi tengah menunggu Adinda di mobilnya. Saat melihat Adinda sudah berjalan menuju ke mobilnya, Revi pun langsung turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Adinda. Setelah Adinda masuk ke dalam mobil, Revi mulai menyertarter mobilnya.

Beberapa menit kemudian Revi menghentikan mobilnya. Mereka berdua pun turun dari mobil dan berjalan menuju ke sebuah taman.

“Adinda... aku sangat mencintai kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?” ucap Revi kemudian.
“Maksud kamu apa?” tanya Adinda heran.
“Aku cinta sama kamu!” kata Revi mengulang ucapannya.
“Revi........ jujur aku juga sayang banget sama kamu. Tapi aku nggak bisa nerima cinta kamu!”
“Memang kenapa?” tanya Revi.
“Rev............kamu tau sendiri seperti apa abahku. Dia pasti tak akan mengizinkan aku berhubungan denganmu!” jawab Adinda.
“Tapi, Din...... aku sangat mencintai kamu!” ucap Revi.
“Revi....... cinta itu nggak harus memiliki” ucap Adinda dan dia pun pergi meninggalkan Revi.

Sejak kejadian itu Adinda seperti menghindari Revi. Adinda takut kalau dia terus bersama Revi, dia akan lebih sulit untuk melupakannya. Meski ia seakan mengiris-iris hatinya sendiri.

Begitu pun dengan Revi. Dia selalu memikirkan Adinda. Dia sangat menyayangi Adinda. Akhirnya suatu hari Revi memutuskan untuk pergi ke rumah Adinda.

“Mau apa kamu kesini?” tanya Abah Adinda saat melihat Revi berjalan menuju rumah Adinda.
“Saya hanya ingin bertemu dengan Adinda!” jawab Revi.
“Untuk apa kamu menemui Adinda?” tanya Abah Adinda lagi.
“Pak....... saya sangat mencintai Adinda!” ucap Revi kemudian.
"Cinta....? saya tidak akan pernah merestui hubungan kamu dengan Adinda!”
“Tapi, Pak..... saya sangat mencintai Adinda. Dan apa pun akan saya lakukan untuk dia!”
“Saya tidak sudi mempunyai menantu seorang nasrani. Sekarang pergi dari sini..........!”

Revi pun langsung pergi dari rumah Adinda. Dengan hati yang tidak karuan Revi mulai menyertarter mobilnya. Revi masih memikirkan ucapan Abah Adinda yang mengatakan bahwa Dia tak ingin mempunyai menantu seorang nasrani. Revi bingung apa yang harus dia lakukan. Dia sangat mencintai Adinda dan dia tidak mau kehilangan Adinda.

“Ma........ Revi mau bicara sama mama!” ucap Revi lirih.
“Mau bicara apa?” tanya mama Revi.
“Ma..........Revi.......Revi.........”
“Kamu kenapa?” tanya mamanya lagi.“Revi mau masuk islam!” ucap Revi kemudian yang sempat membuat mamanya kaget.
“Apa? Kamu mau masuk islam? Apa kamu sudah gila Revi”
“Ma..........Revi serius. Maaf ma.......bukannya Revi membantah mama tapi Revi ingin masuk islam!” ucap Revi kemudian.
“Apa yang membuat kamu ingin masuk islam?” tanya mama heran.
“Revi sangat mencintai seorang gadis muslim “ jelas Revi.
“Jadi itu alasan kamu ingin masuk islam? Mama tidak akan mengizinkan kamu masuk islam” ucap mama Revi marah.
“Tapi ma.........!”
“Sudah Revi mama tidak mau tahu!”

Mama Revi pun pergi meninggalkan Revi. Revi tetap terpaku, dia tak dapat bersuara. Dia bingung. Dengan atau tanpa izin mamanya ia harus tetap masuk islam. Akhirnya Revi memutuskan untuk pergi ke rumah Farhan.

“Apa kamu serius, Rev?” tanya Farhan heran.
“Aku serius!” jawab Revi.
“Ya udah . Kalau gitu aku akan bantu kamu!” ucap Farhan yang membuat Revi lega.
"Thank’s ya ! kamu memang sahabat yang baik. Terus gimana caranya kalau mau masuk islam?” tanya Revi tak sabar.
“Cara masuk islam gampang, Rev. Kamu hanya membaca dua kalimat syahadat saja kamu sudah islam!”
“Gimana bacaannya?”
“Kamu tiruin aku aja! Asyhadu ala illaha illallah wa asyhaduanna muhammadarrasulullah”
“Asyhadu ala illahaillallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah” ucap Revi sedikit kaku.
“Oke, Rev...... sekarang kamu dah resmi masuk islam!”

Sejak saat itu Revi resmi menjadi seorang muslim. Revi meminta kepada sahabat-sahabatnya untuk membantunya menjadi seorang mualaf. Karena menurut Revi sahabat-sahabatnya lebih kental dengan islam karena mereka sejak kecil telah dibesarkan di keluarga islam.

Karena sekarang Revi telah masuk islam, ia memberanikan diri untuk pergi ke rumah Adinda. Tapi sebelum ia pergi kesana ia ingin minta izin kepada mamanya. Saat sampai dirumah tiba-tiba adzan ashar bergeming. Karena sahabat-sahabatnya telah mengajarinya sholat, ia langsung menunaikan ibadah sholat yang merupakan kewajiban setiap muslim. Saat Revi sedang sholat, ternyata mamanya tengah memperhatikannya. Mama Revi membolak-balik pikirannya. Hidup itu pilihan. Setiap manusia mempunyai hak asasi. Agama merupakan Hak Asasi Manusia. Tak seharusnya dia membatasi anaknya sendiri. Lagi pula Revi sudah dewasa, jadi dia berhak menentukan pilihannya.

“Mama ........!” Revi terkejut saat melihat mamanya tengah berdiri di depan pintu kamarnya.
“Kamu sudah masuk islam?” tanya mama Revi.
“Maafin Revi, ma!” pinta Revi.
“Kamu nggak salah. Seharusnya mama tidak melarang kamu masuk islam” ucap mama.
“Jadi mama ngizinin Revi masuk islam?”

Mama Revi mengangguk. Melihat hal itu, alangkah senangnya Revi. Revi pun menceritakan tentang niatnya untuk melamar Adinda. Mamanya pun bersedia mengantarkan Revi melamar Adinda. Seharusnya bukan cuma mamanya yang mengantarkan Revi tapi juga papanya. Tapi sayangnya Revi telah menjadi seorang anak yatim sejak ia duduk di bangku SD.

Setelah bersiap-siap, Revi dan mamanya langsung pergi menuju rumah Adinda. Semula Abah Adinda tidak mengizinkan Revi melamar Adinda, tapi setelah Revi mengatakan bahwa ia telah masuk islam Abah Adinda mengizinkannya. Abah Adinda tahu pasti bahwa anak gadisnya sangat mencintai Revi.

Rencananya Adinda dan Revi akan menikah setelah di wisuda. Mereka berharap mereka bisa hidup bahagia di dunia maupun di akhirat. Akhirnya setelah melalui jalan yang begitu panjang, perjalanan yang melelahkan Revi berhasil mendapatkan pujaan hatinya. Dan seseorang yang pasti akan membawanya ke jalan yang lurus. Meski awalnya mamanya menentang keinginannya, tapi akhirnya hati mamanya pun luluh.

THE END

Rabu, 17 Maret 2010

BAIK BAIK SAYANG (siklus 2) Revisi

Cerpen Karya Dwi Indah Novia Sari

Pernah nggak sih kamu ngerasain apa yang aku rasain ?saat orang yang kamu sayangin nggak ada di samping kamu.Kamu pasti ngerasa kangen banget sama dia.

Beny adalah cowok terkeren di SMA ku.Beberapa bulan lalu aku baru saja jadian sama dia.Alangkah senangnya hatiku,bisa jadian sama cowok terkeren di sekolah.Selain dapat label cowok terkeren,dia juga bintang basket di SMA ku.
“Dil,anterin aku ke toko buku ,ya!” pinta Dina.Dina adalah sahabatku dari SMP. Sebenernya aku ingin nganterin Dina,tapi aku udah terlanjur janji sama Beny.
“Ya udah.Nggak apa-apa kok.Buruan samperin tuh Si Beny! kasihan nanti wajahnya yang cakep luntur lagi” goda Dina padaku.

Akupun beranjak meninggalkan Dina dan menuju parkiran tempat Beny menungguiku.
“Sorry ya lama!” seruku saat aku sampai di dekat Beny.
“Nggak apa-apa .Yuk cabut!” ajaknya sambil menyertarter motornya.Kami pun langsung melaju menuju mall.

Setelah capek muter-muter mall, Beny nganterin aku pulang . Saat aku sudah sampai di rumah,aku langsung turun dari motor Beny.
“Aku pulang dulu,ya!” ucap Beny sambil menyertarter motornya. Aku hanya tersenyum.

Beberapa saat kemudian Beny sudah tak ku lihat di fatamorganaku. Aku pun masuk ke rumah dan langsung ku rebahkan tubuhku di ranjang.Ku lihat kalender yang menempel di dinding tepat di samping poster WALI band.Besok tanggal 27 Februari adalah ulang tahun Beny.

Ku lihat jam,baru jam 7 malam belum begitu larut.Akhirnya ku putuskan untuk mencari kado untuk Beny.Aku pun langsung keluar dari rumahku yang kebetulan terletak di sebuah jalan raya.Ku lihat jalanan begitu ramai di penuhi orang yang berlalu lalang.Tapi diantara begitu banyak orang yang berlalau lalang tak ku temui satu pun taxi.Setelah beberapa menit aku menunggu,ku lihat taxi yang berada sekitar 15 meter dariku.Aku pun langsung melambaikan tanganku.Taxi itu pun berhenti di depanku.dengan segera aku pun naik ke taxi itu.Tak berapa lama aku sampai di sebuah toko,”Toko La Tanza”itulah toko tujuanku.Entah mengapa aku lebih suka berbelanja di toko itu.Selain lengkap di sana karyawannya ramah tamah.Saat aku sampai di depan toko, ku lihat di parkiran ada motor Beny . Aku berusaha optimis.Mungkin Beny mau mencari kue untuk ulang tahunnya.Aku pun langsung masuk ke toko itu.Saat aku masuk,ada seorang karyawan yang menyapaku.Tak lain orang itu adalah Wina.Aku memang cukup akrab dengannya.Setelah ngobrol sedikit dengan Wina,aku langsung menuju ke tempat kue.Benar dugaan ku.Ku temui Beny tengah sibuk mencari kue ulang tahun. Tapi ku lihat Beny sedang bersama Dina .Dan yang lebih mengejutkanku mereka bergandeng tangan .Akupun langsung menghampiri mereka.
“Dina…Beny…!” seruku kemudian dan merekapun melepaskan pegangan tangan mereka .
“Dila …kamu ngapain di sini ?” tanya Dina.
“Seharusnya aku yang nanya sama kamu ngapain kalian di sini?” alihku sinis .
“Dil…udah kamu nggak usah emosi!” ucap Beny mencoba menasehatiku.Dasar cowok buaya .Sudah tau salah . Bukan ngerasa bersalah malah sok nggak punya salah.Udah gitu dia malah megang tangan aku.
“Udah nggak usah megang tangan aku!” kataku sambil melepaskan tangan Beny.
“Dil…aku…!”
“Udahlah pokoknya mulai sekarang kita putus !” ucapku memotong perkataan Beny.Akupun langsung pergi meninggalkan mereka.Dan keluar dari toko itu.Aku berjalan kaki menuju rumahku.Walau aku tau jarak rumahku dengan toko itu lebih dari 2 km.Meski malam sudah agak larut,aku tetap mengarungi sunyinya malam.

“Hai cewek…….!” Goda seorang preman padaku saat aku sampai di sebuah jembatan.

“Sendirian aja …mau kita temenin?” tambah seorang lainnya.

“Apaan sih…”sahutku.

“Eh loe berani ma kita…..” tambah yang lainnya kesal.Aku pun berlari meninggalkan mereka.Tapi mereka justru mengejarku.Untung saja mereka dalam keadaan mabuk,jadi tenagaku yang fit mampu mengalahkan mereka.Meskipun kalau di sekolah aku tak pernah lulus saat pelajaran lari,tapi disbanding para preman yang sedang mabuk lebih cepat lariku.Saat aku menengok ke belakang, mereka sudah tak mengejarku.Aku berhenti untuk mengambil nafas sejenak.Tapi tiba-tiba di fikiranku terlintas bayangan Dina... Beny... dan kejadian di toko itu seolah-olah terputar kembali di memoryku.

Hatiku bener-bener sakit . Apakah ini yang disebut patah hati ? Whateverlah entah ini patah hati, patah jantung apalah itu . Tapi satu hal yang aku nggak habis pikir, sahabatku sendiri tega menghianatiku.

Malam itu aku kalut banget, saat aku mulai mengerti apa arti cinta, aku harus kehilangan orang yang aku sayang. Ku lihat ada mobil di kejauhan. Akupun berdiri di tengah jalan (ku harap mobil itu akan menabrakku). Saat mobil itu sudah di depanku, mungkin jaarak 3 meter dariku, mobil itu mengklaksonku berulang kali,tapi tak ku hiraukan.Ku pejamkan mataku perlahan.Tapi tiba-tiba ada seorang cowok yang mendorongku hingga aku terjatuh. Aku nggak jadi ketabrak.
“Kamu sudah gila,ya?” kata cowok itu memarahiku.Tapi aku tetap terdiam.
“Maaf sini aku bantuin” ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Sayangnya, lampu redup yang ada beberapa meter dari kami tak cukup menerangi wajahnya.

Aku pun menerima uluran tangannya. Aku mencoba berdiri.Tapi saat aku mencoba berdiri, kakiku terkilir.Mungkin karena aku memakai hight hill coklat kesayanganku.Aku merasa kesakitan memeilih duduk di trotoar tepi jalan.

“Kenapa...kaki kamu sakit ya?” tanyanya dengan nada datar. Diapun langsung duduk di sampingku.

“Boleh aku bantu pijit...?” tawarnya padaku. Aku hanya mengangguk. Dia pun memijit pergelangan kakiku.Setelah dipijit cowok itu kakiku terasa lebih enakkan.Dan aku memintanya berhenti memijitku.
“Kenapa tadi kamu mau bunuh diri?” tanyanya kemudian.
“Kamu nggak tau apa yang aku rasain!” ucapku setelah sekian lama aku terdiam.
“Aku memang tidak tau apa yang kamu rasain. Tapi bunuh diri bukan solusinya!” nasehatnya padaku. Kurasa dia sangat dewasa bagi remaja seumuranku.
“Aku Ardi !” ucapnya sambil mengulurkan tangan .Tapi kali ini bukan untuk membantuku berdiri melainkan sebagai tanda perkenalan.Bersama itu ada mobil yang lewat, dan lampu mobil itu cukup menerangi wajahnya. Ku amati wajahnya ,kurasa dia tak kalah keren sama Beny.Rambutnya yang lumayan panjang mengingatkanku dengan seseorang.Ya...OVIE , dia sedikit mirip sama OVIE,idolaku. Wajahnya langsung ku ingat di memoryku.
“Ardila…!” jawabku dan aku pun membalas uluran tangannya .
“Wah, nama kamu hampir mirip sama penyanyi…siapa ya? aku lupa…!” ucapnya.
“Nika Ardila!” sahutku.
“Iya maksud aku itu”

Setelah kami ngobrol cukup panjang, tiba-tiba rintik hujan mulai turun.tak heran,sedari tadi langit terlihat mendung. Dia lalu mengajakku pulang karena hari sudah larut dansebelum rintik hujan itu menjadi deras.Dia pun melepas jaket hitamnya,dan mengalih fungsikan jaket itu menjadi payung yang di gunakannya untuk menaungiku. Aku pun melepas high hill ku yang pasti akan menghambat lariku.Setelah cukup lama berlari,akhirnya aku sampai juga di depan rumahku. Itulah awal pertemuanku dengan Ardi.Aneh?memang, tapi menyenangkan.

***
Sejak aku kenal Ardi, hari-hariku menjadi lebih berarti. Setidaknya aku bisa sedikit lupa tentang kenangan pahitku.
“Dila…! aku mau ngomong sama kamu!” kata Ardi.
“Mau ngomong apa ,Ar…?” tanyaku penasaran.
“Dil…,aku cuma mau bilang kalau aku cinta sama kamu!” ucapnya kemudian.
“Em… gimana ya? Aku belum bisa jawab sekarang!” sahutku.
“Ya udah ,aku bakal tunggu jawaban kamu” ucapnya.

Aku bahagia banget.Kebahagiaan telah menyelinap di kalbuku. Ternyata orang yang ku sukai juga menyukaiku. Akhirnya kuputuskan untuk menerima Ardi sebagai kekasihku.
“Gimana ,Dil apa kamu udah mikirin yang kemarin?” tanya Ardi.
“Aku…aku mau jadi pacar kamu” jawabku.
Aku memang cinta sama Ardi, jadi nggak ada alasan buat nolak Ardi. Selain dia baik, keren, pengertian pokoknya dia perfect banget .Dan dia mirip banget sama OVIE.

Sejak aku jadian sama Ardi, hari-hariku bukan hanya berarti, tapi sangat bermakna. Ardi memang orang yang paling bisa ngertiin aku banget.
“Dil…! besok aku mau ke Pontianak” tutur Ardi.

”Pontianak...?ngapain...?” tanyaku heran.
“Keluargaku ada yang sakit. Jadi aku mau besuk” jelas Ardi padaku.
“Kamu berapa lama di Pontianak?” tanyaku lagi.
“Aku nggak tau.Liat kondisi aja”
“Tapi,Ar...!”
“Ssstt…udah kamu tenang aja !” ucap Ardi menenangkanku.
“Besok kamu nganterin aku ya!” pinta Ardi padaku.
Aku tak mungkin menolak permintaan orang yang paling aku cintai. Aku Cuma bisa berdo’a semoga Ardi baik-baik aja.

Hari ini Ardi berangkat ke Pontianak. Pasti aku bakal kangen sama dia.
“Dil…aku berangkat dulu,ya!” ucap Ardi saat dia udah mau berangkat.
“Ar…aku pasti bakal kangen sama kamu.Jangan lupa kabarin aku,ya!” pintaku pada Ardi.
“Kamu tenang aja!” ujar Ardi.

“Oh ya ,Dil...nih aku punya albumnya WALI , semua lagu WALI ada di sini loh!”Ucap Ardi sambil memberikan sebuah kaset padaku.

“Thank’s ya...” kataku.

“Kalau kamu kangen sama aku puter aja kasetnya...!”
“Ar…hati-hati, ya!” pesanku pada Ardi.
“Aku pergi dulu, ya! Baik-baik ya sayang...!” ucap Ardi yang membuatku bahagia banget. Tapi aku juga sedih, aku nggak bisa ketemu sama Ardi buat bebarapa waktu. Apalagi jarak Jakarta-Pontianak cukup jauh. Tapi jauh di mata dekat di hati (kayak The Sister donk)

Baru beberapa jam yang lalu aku nganterin Ardi ke bandara, tapi aku udah ngerasa kangen banget sama Ardi. Saat aku lagi nonton TV, tiba-tiba ada berita yang mengabarkan kalau pesawat ADAM AIR terbakar dan jatuh ke laut. Diperkirakan seluruh penumpang dan awak pesawat tidak ada yang dapat di selamatkan. Aku baru ingat kalau Ardi juga menumpangi pesawat itu. Aku bener-bener nggak percaya kalau Ardi bakal ninggalin aku secepet itu. Apalagi aku dan Ardi banyak mempunyai kesamaan. Nama kami hampir mirip yaitu Ardi dan Ardila, selain itu kami sama-sama suka sama yang namanya group band WALI. Tapi semua itu udah berlalu, karena sekarang Ardi udah pergi ninggalin aku buat selamanya.”Baik-baik sayang” itulah kata terakhir yang ku dengar dari Ardi. Ardi I LOVE U so much. Ku putar kaset pemberian Ardi. Tepat...lagu Baik Baik Sayang. Beberapa saat kemudian lagu Baik Baik Sayang mulai berdentang di telingaku. Ku rebahkan tubuhku di ranjang. Tak berapa lama akupun tertidur.

The End

Senin, 15 Maret 2010

ANDAI KAU MERASA

bukankah dulu kau yang memilih
bersahabat denganku
kini bagaimana
kau tak peduli sedikit pun padaku

lihatlah diriku
terasing dalam sepi
pelan-pelan menghilang
dalam keheningan malam

mungkin kau tak merasa
itukah yang kau sebut sahabat

SANDIWARA CINTA

Mengapa kau nyalakan api, cinta dihatiku
Membakar jiwa yang merana
Kata manismu membuatku, yakin kepadamu
Hingga membuatku terlena...
Rindu padamu.... setiap hari
Bayang dirimu menggoda Jiwa

Mengapa kini kurasakan lain dihatiku
Kau diam dan acuh tak acuh...
Sering kau marah tanpa alasan
Membuatku curiga, terbukalah berterus terang
Apa maumu... katakan saja
Bila kau bosan, kau marah, kau benci katakan saja

Walau berat hatiku, melupakan dirimu
Jangan kau bersandiwara kepadaku
Bosan... mungkin itu sifatmu...
Benci... bila ingat dirimu
Bosan... terserah apa maumu...
Jalanku masih panjang....

BINTANG KEHIDUPAN

Jenuh aku mendengar
Manisnya kata cinta
Lebih baik sendiri

Bukannya sekali
Seringku mencoba
Namun kugagal lagi

Mungkin nasib ini
Suratan tanganku
Harus tabah menjalani

Jauh sudah melangkah
Menyusuri hidupku
Yang penuh tanda tanya

Kadang hati bimbang
Menentukan sikapku
Tiada tempat mengadu

Hanya iman di dada
Yang membuatku mampu
Slalu tabah menjalani

Malam malam aku sendiri
Tanpa cintamu lagi oh..oh ho..ho
Hanya satu keyakinanku
Bintang kan bersinar
Menerpa hidupku
Bahagia kan datang ..oh oh